Bahan-Bahan Kimia Industri
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah menghasilkan produk-produk industri yang dapat memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari. Bahan kimia yang telah diketahui manfaatnya dikembangkan dengan cara membuat produk-produk yang berguna untuk kepentingan manusia dan lingkungannya. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui jenis, sifat-sifat, kegunaan, dan efek samping dari setiap produk yang kita gunakan atau kita lihat sehari-hari.
A. Bahan Kimia di Bidang Industri
Saat ini bahan kimia hampir dipakai dalam setiap bidang kehidupan, termasuk di bidang industri. Industri-industri yang menggunakan bahan kimia antara lain cat, belerang, karet, kertas. Nah, tahukah kalian bahan kimia apa saja yang digunakan dalam cat, belerang, karet, kertas?
1. Bahan Kimia dalam Cat
Cat adalah suspensi dari padatan yang terbagi halus (terdispersi) di dalam suatu cairan. Padatan tersuspensi itu disebut pigmen, yang berfungsi untuk melindungi permukaan. Cat digunakan untuk memperindah ruangan dengan warna-warna yang menarik. Cat yang biasanya sering dipakai adalah cat kayu dan cat tembok. Daya lekat antara cat tembok dan cat kayu berbeda. Cat kayu mempunyai daya rekat yang lebih kuat daripada cat tembok. Nah, tahukah kalian bahan-bahan kimia apa saja yang terdapat dalam cat? Bahan kimia yang ada dalam cat tembok diantaranya adalah kalsium karbonat (CaCO3), titanium dioksida (TiO2), PVAC (Poly Vinyl Acrylic), kaolin, pigmen dan air. Kalsium karbonat dan titanium dioksida digunakan sebagai bahan baku utama dalam cat tembok. PVAC digunakan sebagai bahan pengental dan perekat. Adapun kaolin digunakan sebagai bahan pengisi dan pigmen sebagai bahan untuk memberikan warna yang diinginkan.
Cat dibuat dari resin (za pengikat), pelarut, pigmen, atau pewarna, dan zat-zat tambahan lainnya. Zat pengikat berfungsi untuk mengikat zat pewarna agar tidak menyebar. Contoh zat pengikat minyak biji rami, lateks (yang terdiri atas lateks akrilik dan lateks polivinil asetat), resin fenolik, resin alkid, vinil asetat, resin akrilik, alkohol polivinil, silikon, resin epoksi, poli uretan, stirena, nitroselulosa.
Untuk daya kerja yang bagus, cat harus mengandung bahan-bahan berikut :
· Pigmen.Pigmen adalah material berwarna tak tembus cahaya yang ada di dalam cat.
· Medium Pendispersi. Zat ini berfungsi mendispersikan pigmen dari cat. Zat ini bersifat volatil (mudanh menguap) dan non korosif.
· Pengering (Dries). Zat ini adalah senyawa-senyawa logam (0.5% – 2%) yang merupakan pembawa oksigen dan membantu didalam pengeringan medium dengan mentransfer oksigen (oksidasi oksigen).
· Tiner. Zat ini membantu terjadinya permukaan licin pada proses pengecatan sehingga terbentuk lapisan cat yang sama dan merata. Zat ini antara lain : benzana dan naftalena. Zat ini mudah menguap dan terbakar.
· Zat pengisi. Lempung China, Talk, BaSo, dll ditambahkan untuk meningkatkan daya tahan pigmen.
2. Bahan Kimia dalam Belerang
Salah satu produk industry kimia yang mengandung unsure belerang adalah asam sulfat. Dalam kehidupan sehari-hari asam sulfat dipakai sebagai cairan pengisi aki. Selain digunakan sebagai pengisi aki, asam sulfat juga digunakan pada industry tekstil, pupuk, minyak bumi bahan peledak, dll.
Ada 2 macam proses untuk membuat asam sulfat secara besar-besaran yaitu :
· Proses Kamar Timbal
Disebut kamar timbal karena dalam proses ini digunakan ruangan-ruangan besar yang dindingnya dilapisi dengan timbak (Pb). Lapisan timbal tipis (〖PbSO〗_4 yang tahan terhadap asam sulfat.
Secara singkat, tahapan dalam proses kamar timbal sebagai berikut :
1. Belerang (S) dibakar dan dihasilkan gas 〖SO〗_2
2. Gas 〖SO〗_2 yang terbentuk dialirkan ke dalam ruangan, berturut-turut menara Glover, kamar timbale, dan menara Gay-Lussac.
3. Reaksi oksidasi 〖SO〗_2 dengan O_2 dari udara dengan katalisator NO dan 〖NO〗_2 dihasilkan Gas 〖SO〗_3
4. 〖2SO〗_2+ O_(2 ) □(→┴〖NO+ NO〗_2 ) 〖2SO〗_3
5. Gas 〖SO〗_3 bereaksi denagn H_2 O membentuk H_2 〖SO〗_4. Reaksi ini terjadi di kamar timbale dan menara Glover.
6. Uap nitrosa (NO dan 〖NO〗_2) yang keluar dari kamar timbale dapat dimanfaatkan kembali. Uap nitrosa yang keluar dari kamar timbal, dialirkan ke menara Gay Lussac unutk dilarutkan dalam asam sulfat encer yang terbentuk dalam menara ini. Larutan uap nitrosa dalam asam sulfat ini disebut nitrosil sulfat.
7. Kepekatan asam sulfat yang dihasilkan di kamar kurang lebih 62.5 % dan di menara kurang lebih 77,6%. sebagai katalis dalam proses ini adalah gas NO yang tiap kali dapat diperoleh kembali.
· Proses Kontak
Reaksi pembuatan asam sulfat melalui proses kontak tak jauh berbeda dengan proses kamar timbal, tapi katalis yang dipergunakan adalah platina (Pt). Dengan melewatkan suatu campuran gas 〖SO〗_2 dan O_2 di atas katalis Pt panas pada kira-kira 400°C dihasilkan gas 〖SO〗_3. Gas 〖SO〗_3 yang dihasilkan kemudian bereaksi dengan air membentuk asam sulfat. Pada awal abad 19, proses kontak ditemukan.
Namun proses ini dipandang kurang menguntungkan karena beberapa alasan yaitu :
Ø Keperluan akan asam sulfat pekat belum banyak
Ø Mahalnya harga Platina (Pt)
Ø Pengetahuan tentang katalis masih kurang
Ø Perkembangan teknologi kimia masih lamban
3. Karet
Penelitian mengenai karet sintesis dimulai oleh ahli kimia dari Inggris Charles Hanson Greville Williams, ia merumuskan bahwa karet merupakan polimer dari isoprena pada 1860. Ahli dari Jerman berhasil mengembangkan polimerisasi dimetil butadiena menjadi karet sintesis yang disebut methyl rubber.
Pengolahan karet alam dimulai dengan proses penyaringan lateks. Lateks selanjutnya dikoagulasikan menjadi koagulat dengan asam semut (asam formiat). Untuk mendapatkan crepe rubber (karet tipis), koagulat dipotong-potong dan ditipiskan dengan mesin penggilas. Crep basah kemudian dikeringkan dalam ruang pengering. Untuk mendapat sheet rubber (karet lembaran) koagulat dialirkan ke dalam tangki bersekat untuk dilicinkan, dibilas, diangin-anginkan, dan diasapkan pada temperatur 50ºC. Adapun untuk memperoleh crumb rubber (karet busa) koagulat dicampur dengan minyak risinus dan diubah menjadi bentuk remahan yang cepat mengering pada temperatur 100ºC.
4. Kertas
Kertas dibuat dengan dua tahap yaitu pembuatan pulp dan pembuatan kertas dari pulp. Pulp dibuat dari proses mekanis, semi kimia, proses-proses mekanis dilakukan tanpa menggunakan bahan-bahan kimia. Cara pembuatan kertas adalah kayu dipotong-potong kecil lalu digilas dan digiling dengan mesin hingga selulosa terlepas dari zat lain. Proses semi kimia dilakukan dengan menambah bahan kimia untuk melunakkan sehingga serat selulosa mudah terpisah dan tidak rusak.
Pulp kasar dapat digunakan untuk membuat kertas karton, sedang pulp yang warnanya masih cokelat perlu dipucatkan atau dikelantang. Pemucatan pulp dilakukan dalam suatu bejana dengan menggunakan kaporit atau natrium hipoklorit.
Pemucatan dilakukan selama kira-kira 2 jam yang dilanjutkan dengan pencucian selama beberapa jam sehingga bebas dari klor. Pulp yang sudah bersih dikeringkan dengan alat penghisap atau tekan. Setelah kering disimpan menunggu untuk dibuat kertas.
B. Bahan Kimia di Bidang Pertanian
Unsure Hara dan Pupuk . Dari sekian banyak jumlah dan jenis pupuk unsure hara hanya 16 unsur (unsure esensial) yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Dari 16 unsur tersebut, 3 diantaranya bukan berasal dari tanah yaitu : Karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O). sementra 13 lainnya berasal dari tanah. Unsure hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah banyak disebut unsure makro, antar lain : C, H, O, N, S, P, K, Ca, dan Mg. unsure hara yang diperlukan dalam jumlah sedikit yaitu : Cl, Fe, Mn, Zn, B, dan Mo. Apabila suatu tanaman tak mendapat unsure hara N, P, K, dan Ca maka tumbuhan itu akan mati. Berikut ini meruapakan peran dan gejala kekurangan N, P, K, dan Ca pada tanaman :
1. Nitrogen (N) Memacu pertumbuhan tanaman, terutama fase vegetative, berperan dalam pembentukkan klorofil, lemak, protein dan persenyawaan lain Daun menguning lalu mengering. Jaringan tanaman mengering dan mati; Buah kecil dan kekuningan serta cepat matang.
2. Fosfor (P) Merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar, sbg bahan dasar protein (ATP & ADP), membantu asimilasi dan respirasi, mempercepat proses pembungaan dan pembuahan, serta pemasakan biji dan buah. Daun berubah warna menjadi tua atau tampak mengkilap kemerahan; tepi daun, cabang dan batang berwarna merah ungu lalu berubah menjadi kuning, kecil, jelek, cepat matang, dll.
3. Kalium (K) Membantu pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat jaringan tanaman, pembentuk antibody tanaman. Daun mengkerut atau keriting dan timbul bercak-bercak merah cokelat lalu kering dan mati; buah tumbuh tidak sempurna; kecil; tak tahan simpan.
4. Kalsium (Ca) Mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji, menguatkan batang, menetralisir senyawa-senyawa dan kondisi tanah yang merugikan. Tepi daun muda mengalami klorosis lalu menjalar ke tulang daun; kuncup tanaman muda mati atau jika ada warnya berubah.
Jika ketersediaan unsure hara di dalam tanah tak mencukupi kebutuhan tanaman, maka harus ditambah pupuk. Pemberian pupuk mempunyai fungsi :
· Menambah kesuburan tanah
· Mengganti unsure-unsur yang hilang karenanya hanyut dalam air
· Mengganti unsure-unsur yang terbawa dalam panen
Ada 2 jenis kelompok pupuk, yaitu pupuk anorganik dan pupuk organic. Contoh pupuk anorganik adalah fosfat, urea, ZA, dan NPK. Penggunaan pupuk anorganik secara berlebihan dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan sifat tanah sehingga menurunkan produktivitas lahan dan mempengaruhi produksi. Pemberian pupuk anorganik dipadukan dengan pupuk organic dapat meningkatkan produktivitas tanaman . secara kualitatif, kandungan unsure hara dalam pupuk organic tak lebih unggul daripada pupuk anorganik. Namun, penggunaan pupuk organic secara terus menerus dapat menjadikan kualitas tanah lebih baik disbanding anorganik. Ada banyak jenis pupus organic yang beredar di pasar. Berikut ini beberapa jenis pupuk organic yang ada di pasar :
· Pokon Organic Mineral. Pupuk ini berbentuk padat dan terbuat dari limbah hewan yang dilapukkan.
· Bio Fertilizer. Pupuk organic cair, ini dibuat dari kompos sampah kota, limbah pertanian, dan pupuk kandang.
· Green Asri. Pupuk ini merangsang pertumbuhan dan kesuburan tanaman.
Pestisida dan Efek Negatif dan juga Manfaatnya.
Pestisida diklarifikasikan dalam beberapa jenis. Table dibawah ini akan menjelaskan beberapa jenis pestisida berdasarkan jenis hama sasaran :
· Insektisida : Mengendalikan serangga. contoh : Ragent, Dursban, Sherpa
· Fungtisida : Mengendalikan jamur. contoh : Dithane M45, Daconil
· Herbitisida : Mengendalikan gulma. contoh : Round up, DMA 6
· Bakteritisida : Mengendalikan bakteri. contoh : Agrept, Starner, Kasumin
· Rodentisida : Mengendalikan tikus.contoh : Klerat, Petrokum
· Nematisida : Mengendalikan nematode. contoh : Furadan 3 G, Rugby 10 G
· Moluksida : Mengendalikan siput. contoh : Siputox 5G, Boss 250, EC
Penggunaan pestisida yang kurang bijaksana akan menimbulkan berbagai efek negative, khususnya kesehatan manusia dan kerusakan lingkungan.
Burung-burung yang makannya tergantung pada serangga, banyak yang mati karena akumulasi residu insektisida di dalam tubuh serangga. Kematian akibat residu insektisida juga dialami oleh kelelawar, elang, alap-alap, burung hantu, bangau, dan burung pemakan udang.
Burung-burung yang terkontaminasi pestisida Polychlorimated Biphenly akan memproduksi teller dengan kulit yang tipis. Ketipisan kulit telur sangat pengaruhi pada daya tetas anak burung. Efek negative peptisida tak mungkin dihilangkan sama seklai. Tindakan yang dapat dilakukan adalah mengurangi hingga seminimal mungkin efek negatif ini melalui penggunaan pestisida secata proporsional.
C. Bahan Kimia di Bidang Kesehatan
1. Obat-Obatan
Obat memiliki sifat ganda, yaitu di satu sisi dapat bersifat sebagai obat (sifat farmakologi) dan sisi lain daoat bersifat racun (sifat toksikologi). Obat akan bersifat sebagai obat apabila digunakan secara tepat dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jika obat tidak digunakan secara tepat maka obat akan bersifat racun.
Dibawah ini akan menjelaskan tentang beberapa tipe obat yang penting.
1. Penghilang/Pengurang rasa sakit Aspirin (Asam asetil salisilat) Beraksi sebagai analgesic dan sebagai antipiratik.
2. Stimulant Kafein Stimulant ringan. Kafein ditemukan di dalam kopi, teh, cokelat.
3. Hormone Progesterone Zat ini adalah hormon kewanitaan yang dihasilkan secara alami. Zat ini kemudian dibuat sintetiknya dalam bentuk pil untuk control kelahiran.
4. Narkotik Morfin Obat penenang dan peringan rasa sakit. Termasuk obat adiktif, sehingga penggunaannya sangat diawasi.
5. Antihistamin Prometasin Menyembuhkan alergi.
6. Antibiotic Pinisilin-G Dihasilkan oleh microorganisme dan digunakan untuk menghambat pertumbuhan / membunuh microorganism lain.
7. Adstrigen Plumbi Acetas Menciutkan selaput lendir : Di usus sebagai obat anti diarrhea. Di kulit sebagai penyembuh luka.
8. Analgetik Antipiretik Acetaminophehum Acidum Analgetik : mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Antipiretik : menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
9. Analgetik-Narkotik Hydromorphini Hydrochloridum Metadon Memiliki daya penghalang rasa nyeri yang besar, menimbulkan perasaan nyaman (euphoria), menimbulkan kantuk (mengurangi kesadaran), dan berefek adikasi (ketagihan).
10. Anestetik Chlorbutanolum (local).
Chloroform (umum) Penghilang rasa anesthesia.
11. Antasid Alumunii Hydroxydum Colloidale.
Magnesia Carbonas Menetralkan asam lambung.
12. Antifungi Acidum Salicilicum Membunuh atau menghilangkan jamur.
13. Antitusif Ammoni Chloridum.
Codeinum dan garamnya Mengobati penyakit batuk.
2. Bahan Kimia Radioaktif
Peristiwa Peradioaktifan
Peristiwa peradioaktifan adalah peristiwa yang terjadi pada inti atom tak stabil yang mengalami perubahan secara spontan, disertai pembentukan unsure baru yang lebih stabil dan pelepasan satu atau lebih partikel sub atom dalam bentuk sinar alfa, beta, atau gama. Unsure dengan inti atom tak stabil seperti itu disebut unsure radioaktif (radiosotop). Sinar alfa, beta dan gama memiliki sifat yaitu :
· Sinar alfa memiliki kecepatan kira-kira 1/10 sampai 1/1000 kali kecepatan cahaya dengan daya tembus yang kecil sehingga dapat ditahan oleh selembar kertas.
· Sinar beta memiliki kecepatan hampir sama dengan kecepatan hampir sama dengan kecepatan cahaya fan memiliki daya tembus yang lebih besar sehinga hanya dapat ditahan selapis logam.
· Sinar gama memiliki kecepatan hampir sama dengan kecepatan cahaya dan memiliki daya tembus yang sangat besar sehingga hanya dapat ditahan oleh timbale yang tebal atau selapis beton. Sinar gma di kosmos sebagain terjadi akibat pertemuan partikel electron dan positron.
Manfaat dan Efek radioaktif.
Salah satu kegunaan radiosotop di bidang keseharan/kedokteran adalah untuk membunuh sel-sel kanker atau mencegah pertumbuhan sel kanker. Untuk keprluan ini digunakan Radium (Ra) atau Kobalt (Co-60). Co-60 dapat memancarkan sinar gama.
Sinar-sinar radioaktif mempunyai daya mengionkan atom atau molekul yang dilaluinya. Jika molekul di dalam tubuh kita berubah structure oleh radiasi partikel sub atomic, maka dapat terjadi malfungsi sistem tubuh (sakit). Inilah salah satu efek negative dari penggunaan unsure radioaktif.
Dampak biologis yang dapat ditimbulkan oleh radiasi, diantaranya : kehilangan selera makan, rambut rontok, muntah, diare, pendarahan, kemandulan tetap pada wanita, kemandulan 3-4 tahun pada laki-laki, kanker, leukemia, dan kematian.
Untuk mempertahankan hidupnya, manusia tidak lepas dari makanan. Guna makanan untuk mendapatkan energi, memperbaiki sel-sel yang rusak, pertumbuhan, menjaga suhu dan menjaga agar badan tidak terserang penyakit, makanan yang bergizi merupakan makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Untuk maksud tersebut kita memerlukan zat aditif.
Zat aditif pada makanan adalah zat yang ditambahkan dan dicampurkan dalam pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Jenis-jenis zat aditif antara lain pewarna, penyedap rasa, penambah aroma, pemanis, pengawet, pengemulsi dan pemutih.
Zat aditif pada makanan ada yang berasal dari alam dan ada yang buatan (sintetik). Untuk zat aditif alami tidak banyak menyebabkan efek samping. Lain halnya dengan zat aditif sintetik.
Bahan pengawet
Pengawet adalah bahan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan mikroorganisme. Zat pengawet dimaksudkan untuk memperlambat oksidasi yang dapat merusak makanan. Ada dua jenis pengawet makanan yaitu alami dan sintetik (buatan). Pengawet yang paling aman adalah bahan-bahan alam, misalnya asam cuka (untuk acar), gula (untuk manisan), dan garam (untuk asinan ikan/telur). Selain itu beberapa bahan alam misalnya saja penambahan air jeruk atau air garam yang dapat digunakan untuk menghambat terjadinya proses reaksi waktu coklat (browing reaction) pada buah apel.
Keuntungan zat aditif
Penggunaan zat aditif memiliki keuntungan meningkatkan mutu makanan dan pengaruh negatif bahan tambahan pangan terhadap kesehatan.
Agar makanan dapat tersedia dalam bentuk yang lebih menarik dengan rasa yang enak, rupa dan konsentrasinya baik serta awet maka perlu ditambahkan bahan makanan atau dikenal dengan nama lain “food additive”.
Penggunaan bahan makanan pangan tersebut di Indonesia telah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan Undang-undang, Peraturan Menteri Kesehatan dan lain-lain disertai dengan batasan maksimum penggunaannya. Di samping itu UU Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan Pasal 10 ayat 1 dan 2 beserta penjelasannya erat kaitannya dengan bahan tambahan makanan yang pada intinya adalah untuk melindungi konsumen agar penggunaan bahan tambahan makanan tersebut benar-benar aman untuk dikonsumsi dan tidak membahayakan.
Namun demikian penggunaan bahan tambahan makanan tersebut yang melebihi ambang batas yang ditentukan ke dalam makanan atau produk-produk makanan dapat menimbulkan efek sampingan yang tidak dikehendaki dan merusak bahan makanan itu sendiri, bahkan berbahaya untuk dikonsumsi manusia. Semua bahan kimia jika digunakan secara berlebih pada umumnya bersifat racun bagi manusia. Tubuh manusia mempunyai batasan maksimum dalam mentolerir seberapa banyak konsumsi bahan tambahan makanan yang disebut ADI atau Acceptable Daily Intake. ADI menentukan seberapa banyak konsumsi bahan tambahan makanan setiap hari yang dapat diterima dan dicerna sepanjang hayat tanpa mengalami resiko kesehatan.
ADI dihitung berdasarkan berat badan konsumen dan sebagai standar digunakan berat badan 50 kg untuk negara Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya. Satuan ADI adalah mg bahan tambahan makanan per kg berat badan. Contoh: ADI maksimum untuk B-karoten = 2,50 mg/kg, kunyit (turmerin) = 0,50 mg/kg dan asam benzoat serta garam-garamnya = 0,5 mg/kg.
Untuk menghitung batas penggunaan maksimum bahan tambahan makanan, digunakan rumus sebagai berikut
BPM = ADIxB x1.000 / K (mg / kg)
Di mana BPM = batas penggunaan maksimum (mg/kg)
B = berat badan (kg)
K = konsumsi makanan (gr)
Contoh: Hitung BPM bahan tambahan makanan yang mempunyai ADI 2 mg untuk konsumsi makanan harian yang mengandung bahan tersebut (1 kg) dan bobot badan 60 kg ?
Jawab
BPM = ADIxB x1.000 / K (mg / kg)
= 2 x 60 x 1.000 /1.000
= 120 mg/kg
Jadi batas penggunaan maksimum bahan tambahan makanan yang mempunyai ADI 2 mg untuk 1000 gr makanan yang dikonsumsi konsumen yang berbobot 60 kg adalah 120 mg/kg. Perlu diingat bahwa semakin kecil tubuh seseorang maka semakin sedikit bahan tambahan makanan yang dapat diterima oleh tubuh.
Pada pembahasan berikut disajikan pengaruh negatif dan bahan tambahan pangan langsung yang meliputi: monosodium glutamat, sakarin dan siklamat, zat antioksidan, tartrazin, asam benzoat, kalium sorbat, natrium nitrit dan zat penambah gizi serta batasan penggunaan senyawa-senyawa tersebut yang aman bagi kesehatan manusia.
Zat Aditif yang terkandung dalam Bahan Makanan
Setiap hari kita memerlukan makanan untuk mendapatkan energi (karbohidrat dan lemak) dan untuk pertumbuhan sel-sel baru, menggantikan sel-sel yang rusak (protein). Selain itu, kita juga memerlukan makanan sebagai sumber zat penunjang dan pengatur proses dalam tubuh, yaitu vitamin, mineral, dan air.
Sehat tidaknya suatu makanan tidak bergantung pada ukuran, bentuk, warna, kelezatan, aroma, atau kesegarannya, tetapi bergantung pada kandungan zat yang diperlukan oleh tubuh. Suatu makanan dikatakan sehat apabila mengandung satu macam atau lebih zat yang diperlukan oleh tubuh. Setiap hari, kita perlu mengonsumsi makanan yang beragam agar semua jenis zat yang diperlukan oleh tubuh terpenuhi. Hal ini dikarenakan belum tentu satu jenis makanan mengandung semua jenis zat yang diperlukan oleh tubuh setiap hari.
Supaya orang tertarik untuk memakan suatu makanan, seringkali kita perlu menambahkan bahan-bahan tambahan ke dalam makanan yang kita olah. Bisa kita perkirakan bahwa seseorang tentu tidak akan punya selera untuk memakan sayur sop yang tidak digarami atau bubur kacang hijau yang tidak memakai gula. Dalam hal ini, garam dan gula termasuk bahan tambahan. Keduanya termasuk jenis zat aditif makanan. Zat aditif bukan hanya garam dan gula saja, tetapi masih banyak bahan-bahan kimia lain.
Zat aditif makanan ditambahkan dan dicampurkan pada waktu pengolahan makanan untuk memperbaiki tampilan makanan, meningkatkan cita rasa, memperkaya kandungan gizi, menjaga makanan agar tidak cepat busuk, dan lain.
Bahan yang tergolong ke dalam zat aditif makanan harus dapat:
1. memperbaiki kualitas atau gizi makanan;
2. membuat makanan tampak lebih menarik;
3. meningkatkan cita rasa makanan; dan
4. membuat makanan menjadi lebih tahan lama atau tidak cepat basi dan busuk.
Zat-zat aditif tidak hanya zat-zat yang secara sengaja ditambahkan pada saat proses pengolahan makanan berlangsung, tetapi juga termasuk zat-zat yang masuk tanpa sengaja dan bercampur dengan makanan. Masuknya zat-zat aditif ini mungkin terjadi saat pengolahan, pengemasan, atau sudah terbawa oleh bahan-bahan kimia yang dipakai. Zat aditif makanan dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
1. zat aditif yang berasal dari sumber alami, seperti lesitin dan asam sitrat;
2 zat aditif sintetik dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa dengan bahan alami yang sejenis, baik susunan kimia maupun sifat/fungsinya, seperti amil asetat dan asam askorbat.
Berdasarkan fungsinya, baik alami maupun sintetik, zat aditif dapat dikelompokkan sebagai zat pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap rasa. Zat aditif dalam produk makanan biasanya dicantumkan pada kemasannya.
1. Zat Pewarna
Pemberian warna pada makanan umumnya bertujuan agar makanan terlihat lebih segar dan menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk memakannya. Zat pewarna yang biasa digunakan sebagai zat aditif pada makanan adalah:
a. Zat pewarna alami, dibuat dari ekstrak bagian-bagian tumbuhan tertentu, misalnya warna hijau dari daun pandan atau daun suji, warna kuning dari kunyit, seperti ditunjukkan pada Gambar 8.9, warna cokelat dari buah cokelat, warna merah dari daun jati, dan warna kuning merah dari wortel. Karena jumlah pilihan warna dari zat pewarna alami terbatas maka dilakukan upaya menyintesis zat pewarna yang cocok untuk makanan dari bahan-bahan kimia.
b. Zat pewarna sintetik, dibuat dari bahan-bahan kimia.
Dibandingkan dengan pewarna alami, pewarna sintetik memiliki beberapa kelebihan, yaitu memiliki pilihan warna yang lebih banyak, mudah disimpan, dan lebih tahan lama.
Beberapa zat pewarna sintetik bisa saja memberikan warna yang sama, namun belum tentu semua zat pewarna tersebut cocok dipakai sebagai zat aditif pada makanan dan minuman. Perlu diketahui bahwa zat pewarna sintetik yang bukan untuk makanan dan minuman (pewarna tekstil) dapat membahayakan kesehatan apabila masuk ke dalam tubuh karena bersifat karsinogen (penyebab penyakit kanker). Oleh karena itu, kamu harus berhati-hati ketika membeli makanan atau minuman yang memakai zat warna. Kamu harus yakin dahulu bahwa zat pewarna yang dipakai sebagai zat aditif pada makanan atau minuman tersebut adalah memang benar-benar pewarna makanan dan minuman.
Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna makanan dikelompokkan menjadi dye dan lake. Dye merupakan zat pewarna makanan yang umumnya bersifat larut dalam air. Dye biasanya dijual di pasaran dalam bentuk serbuk, butiran, pasta atau cairan. Lake merupakan gabungan antara zat warna dye dan basa yang dilapisi oleh suatu zat tertentu. Karena sifatnya yang tidak larut dalam air maka zat warna kelompok ini cocok untuk mewarnai produkproduk yang tidak boleh terkena air atau produk yang mengandung lemak dan minyak.
2. Zat Pemanis
Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada
makanan dan minuman. Zat pemanis dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
a. Zat pemanis alami. Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren. Selain itu, zat pemanis alami dapat pula diperoleh dari buahbuahan dan madu. Zat pemanis alami berfungsi juga sebagai sumber energi. Jika kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan, kita akan mengalami risiko kegemukan. Orang-orang yang sudah gemuk badannya sebaiknya menghindari makanan atau minuman yang mengandung pemanis alami terlalu tinggi.
b. Zat pemanis buatan atau sintetik. Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia sehingga tidak berfungsi sebagai sumber energi. Oleh karena itu, orangorang yang memiliki penyakit kencing manis (diabetes melitus) biasanya mengonsumsi pemanis sintetik sebagai pengganti pemanis alami. Contoh pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium siklamat, magnesium siklamat, kalsium siklamat, aspartam dan dulsin. Pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan pemanis alami. Garamgaram siklamat memiliki kemanisan 30 kali lebih tinggi dibandingkan kemanisan sukrosa. Namun, kemanisan garam natrium dan kalsium dari sakarin memiliki kemanisan 800 kali dibandingkan dengan kemanisan sukrosa 10%.
Walaupun pemanis buatan memiliki kelebihan dibandingkan pemanis alami, kita perlu menghindari konsumsi yang berlebihan karena dapat memberikan efek samping bagi kesehatan. Misalnya, penggunaan sakarin yang berlebihan selain akan menyebabkan rasa makanan terasa pahit juga merangsang terjadinya tumor pada bagian kandung kemih. Contoh lain, garam-garam siklamat pada proses metabolisme dalam tubuh dapat menghasilkan senyawa sikloheksamina yang bersifat karsinogenik (senyawa yang dapat menimbulkan penyakit kanker). Garam siklamat juga dapat memberikan efek samping berupa gangguan pada sistem pencernaan terutama pada pembentukan zat dalam sel.
3. Zat Pengawet
Ada sejumlah cara menjaga agar makanan dan minuman tetap layak untuk dimakan atau diminum walaupun sudah tersimpan lama. Salah satu upaya tersebut adalah dengan cara menambahkan zat aditif kelompok pengawet (zat pengawet) ke dalam makanan dan minuman. Zat pengawet adalah zatzat yang sengaja ditambahkan pada bahan makanan dan minuman agar makanan dan minuman tersebut tetap segar, bau dan rasanya tidak berubah, atau melindungi makanan dari kerusakan akibat membusuk atau terkena bakteri/ jamur. Karena penambahan zat aditif, berbagai makanan dan minuman masih dapat dikonsumsi sampai jangka waktu tertentu, mungkin seminggu, sebulan, setahun, atau bahkan beberapa tahun. Dalam makanan atau minuman yang dikemas dan dijual di toko-toko atau supermarket biasanya tercantum tanggal kadaluarsanya, tanggal yang menunjukkan sampai kapan makanan atau minuman tersebut masih dapat dikonsumsi tanpa membahayakan kesehatan.
Seperti halnya zat pewarna dan pemanis, zat pengawet dapat dikelompokkan menjadi zat pengawet alami dan zat pengawet buatan.
Zat pengawet alami berasal dari alam, contohnya gula (sukrosa) yang dapat dipakai untuk mengawetkan buah-buahan (manisan) dan garam dapur yang dapat digunakan untuk mengawetkan ikan.
a. Zat pengawet sintetik atau buatan merupakan hasil sintesis dari bahan-bahan kimia. Contohnya, asam cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan natrium propionat atau kalsium propionat dipakai untuk mengawetkan roti dan kue kering. Garam natrium benzoat, asam sitrat, dan asam tartrat juga biasa dipakai untuk mengawetkan makanan. Selain zat-zat tersebut, ada juga zat pengawet lain, yaitu natrium nitrat atau sendawa (NaNO3) yang berfungsi untuk menjaga agar tampilan daging tetap merah. Asam fosfat yang biasa ditambahkan pada beberapa minuman penyegar juga termasuk zat pengawet.
Selain pengawet yang aman untuk dikonsumsi, juga terdapat pengawet yang tidak boleh dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Zat pengawet yang dimaksud, di antaranya formalin yang biasa dipakai untuk mengawetkan benda-benda, seperti mayat atau binatang yang sudah mati. Pemakaian pengawet formalin untuk mengawetkan makanan, seperti bakso, ikan asin, tahu, dan makanan jenis lainnya dapat menimbulkan risiko kesehatan. Selain formalin, ada juga pengawet yang tidak boleh dipergunakan
untuk mengawetkan makanan. Pengawet yang dimaksud adalah pengawet boraks. Pengawet ini bersifat desinfektan atau efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroba penyebab membusuknya makanan serta dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga lebih kenyal. Boraks hanya boleh dipergunakan untuk industri nonpangan, seperti dalam pembuatan gelas, industri kertas, pengawet kayu, dan keramik. Jika boraks termakan dalam kadar tertentu, dapat menimbulkan sejumlah efek samping bagi kesehatan, di antaranya:
a. gangguan pada sistem saraf, ginjal, hati, dan kulit;
b. gejala pendarahan di lambung dan gangguan stimulasi saraf pusat;
c. terjadinya komplikasi pada otak dan hati; dan
d. menyebabkan kematian jika ginjal mengandung boraks sebanyak 3–6 gram.
Walaupun tersedia zat pengawet sintetik yang digunakan sebagai zat aditif makanan, di negara maju banyak orang enggan mengonsumsi makanan yang memakai pengawet sintetik. Hal ini telah mendorong perkembangan ilmu dan teknologi pengawetan makanan dan minuman tanpa penambahan zat-zat kimia, misalnya dengan menggunakan sinar ultra violet (UV), ozon, atau pemanasan pada suhu yang sangat tinggi dalam waktu singkat sehingga makanan dapat disterilkan tanpa merusak kualitas makanan.
4. Zat Penyedap Cita Rasa
Di Indonesia terdapat begitu banyak ragam rempahrempah yang dipakai untuk meningkatkan cita rasa makanan, seperti cengkeh, pala, merica, ketumbar, cabai, laos, kunyit, bawang, dan masih banyak lagi yang lain. Melimpahnya ragam rempah-rempah ini merupakan salah satu sebab yang mendorong penjajah Belanda dan Portugis tempo dulu ingin menguasai Indonesia. Jika rempah-rempah dicampur dengan makanan saat diolah, dapat menimbulkan cita rasa tertentu pada makanan.
Selain zat penyedap cita rasa yang berasal dari alam, ada pula yang berasal dari hasil sintesis bahan kimia. Berikut ini beberapa contoh zat penyedap cita rasa hasil sintesis:
a. oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma seperti buah jeruk jika dicampur dengan zat penyedap ini;
b. etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah nanas pada makanan;
c. amil asetat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang;
d. amil valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini maka akan terasa dan beraroma seperti buah apel.
Selain zat penyedap rasa dan aroma, seperti yang sudah disebutkan di atas, terdapat pula zat penyedap rasa yang penggunaannya meluas dalam berbagai jenis masakan, yaitu penyedap rasa monosodium glutamat (MSG). Zat ini tidak berasa, tetapi jika sudah ditambahkan pada makanan maka akan menghasilkan rasa yang sedap. Penggunaan MSG yang berlebihan telah menyebabkan “Chinese restaurant syndrome” yaitu suatu gangguan kesehatan di mana kepala terasa pusing dan berdenyut. Bagi yang menyukai zat penyedap ini tak perlu khawatir dulu. Kecurigaan ini masih bersifat pro dan kontra. Bagi yang mencoba menghindari untuk mengonsumsinya, sudah tersedia sejumlah merk makanan yang mencantumkan label “tidak mengandung MSG” dalam kemasannya.
Pada pembahasan sebelumnya, kamu sudah mempelajari tentang pengelompokan zat aditif berdasarkan fungsinya beserta contoh-contohnya. Perlu kamu ketahui bahwa suatu zat aditif dapat saja memiliki lebih dari satu fungsi.
Seringkali suatu zat aditif, khususnya yang bersifat alami memiliki lebih dari satu fungsi. Contohnya, gula alami biasa dipakai sebagai zat aditif pada pembuatan daging dendeng. Gula alami tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pemanis, tetapi juga berfungsi sebagai pengawet. Contoh lain adalah daun pandan yang dapat berfungsi sebagai pemberi warna pada makanan sekaligus memberikan rasa dan aroma khas pada makanan.
Untuk penggunaan zat-zat aditif alami, umumnya tidak terdapat batasan mengenai jumlah yang boleh dikonsumsi perharinya. Untuk zat-zat aditif sintetik, terdapat aturan penggunaannya yang telah ditetapkan sesuai Acceptable Daily Intake (ADI) atau jumlah konsumsi zat aditif selama sehari yang diperbolehkan dan aman bagi kesehatan. Jika kita mengonsumsinya melebihi ambang batas maka dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan. Jika kita mengidentifikasi zat aditif yang dipakai dalam makanan/minuman, lihatlah kemasan pada makanan/minuman tersebut.
Zat adiktif dan psikotropika harus dipergunakan sesuai dengan aturan. Jika tidak, akan memberikan dampak buruk, baik bagi diri sendiri maupun lingkungan sosial sekitarnya.
1. Zat Adiktif
Zat adiktif adalah istilah untuk zat-zat yang pemakaiannya dapat menimbulkan ketergantungan fisik yang kuat dan ketergantungan psikologis yang panjang (drug dependence). Kelompok zat adiktif adalah narkotika (zat atau obat yang berasal dari tanaman) atau bukan tanaman, baik sintetik maupun semisintetik, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan rasa sakit, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
a. Ganja
Ganja atau mariyuana merupakan zat adiktif narkoba dari golongan kanabionoid. Ganja terbuat dari daun, bunga, biji, dan ranting muda tanaman mariyuana (Cannabis sativa) yang sudah kering.
Tanda-tanda penyalahgunaan ganja, yaitu gembira dan tertawa tanpa sebab, santai dan lemah, banyak bicara sendiri, pengendalian diri menurun, menguap atau mengantuk, tetapi susah tidur, dan mata merah, serta tidak tahan terhadap cahaya dan badan kurus karena susah makan. Tanda-tanda gejala putus obat (ganja), yaitu sukar tidur, hiperaktif, dan hilangnya nafsu makan. Tanda-tanda gejala overdosis, yaitu ketakutan, daya pikir menurun, denyut nadi tidak teratur, napas tidak teratur, dan mendapat gangguan jiwa.
b. Opium
Opium merupakan narkotika dari golongan opioida, dikenal juga dengan sebutan candu, morfin, heroin, dan putau. Opium diambil dari getah buah mentah Pavaper sommiverum.Opium digunakan untuk menghilangkan rasa sakit karena luka atau menghilangkan rasa nyeri pada penderita kanker. Namun dalam dosis berlebih dapat mengakibatkan kecanduan yang akhirnya menyebabkan kematian.
Penggunaannya yang menyalahi aturan dapat menimbulkan rasa sering mengantuk, perasaan gembira berlebihan, banyak berbicara sendiri, kecenderungan untuk melakukan kerusuhan, merasakan nafas berat dan lemah, ukuran pupil mata mengecil, mual, susah buang air besar, dan sulit berpikir. Jika pemakaian obat ini diputus, akan timbul hal-hal berikut: sering menguap, kepala terasa berat, mata basah, hidung berair, hilang nafsu makan, lekas lelah, badan menggigil, dan kejang-kejang. Jika pemakaiannya melebihi dosis atau overdosis, akan menimbulkan hal-hal berikut: tertawa tidak wajar, kulit lembap, napas pendek tersenggal-senggal, dan dapat mengakibatkan kematian.
c. Kokain
Kokain termasuk ke dalam salah satu jenis dari narkotika. Kokain diperoleh dari hasil ekstraksi daun tanaman koka (Erythroxylum coca). Zat ini dapat dipakai sebagai anaestetik (pembius) dan memiliki efek merangsang jaringan otak bagian sentral. Pemakaian zat ini menjadikan pemakainya suka bicara, gembira yang meningkat menjadi gaduh dan gelisah, detak jantung bertambah, demam, perut nyeri, mual, dan muntah. Seperti halnya narkotika jenis lain, pemakaian kokain dengan dosis tertentu dapat mengakibatkan kematian.
d. Sedativa dan Hipnotika (Penenang)
Beberapa macam obat dalam dunia kedokteran, seperti pil BK dan magadon digunakan sebagai zat penenang(sedativa-hipnotika). Pemakaian sedativa-hipnotika dalam dosis kecil dapat menenangkan, sedangkan dalam dosis besar dapat membuat orang yang memakannya tertidur.
Gejala akibat pemakaiannya adalah mula-mula gelisah, mengamuk lalu mengantuk, malas, daya pikir menurun, bicara dan tindakan lambat. Jika sudah kecanduan, kemudian diputus pemakaiannya maka akan menimbulkan gejala gelisah, sukar tidur, gemetar, muntah, berkeringat, denyut nadi cepat, tekanan darah naik, dan kejang-kejang.
Jika pemakaiannya overdosis maka akan timbul gejala gelisah, kendali diri turun, banyak bicara, tetapi tidak jelas, sempoyongan, suka bertengkar, napas lambat, kesadaran turun, pingsan, dan jika pemakaiannya melebihi dosis tertentu dapat menimbulkan kematian.
e. Nikotin
Nikotin dapat diisolasi atau dipisahkan dari tanaman tembakau. Namun, orang biasanya mengonsumsi nikotin tidak dalam bentuk zat murninya, melainkan secara tidak langsung ketika mereka merokok. Nikotin yang diisap pada saat merokok dapat menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah, bersifat karsinogenik sehingga dapat meningkatkan risiko terserang kanker paru-paru, kaki rapuh, katarak, gelembung paru-paru melebar (emphysema), risiko terkena penyakit jantung koroner, kemandulan, dan gangguan kehamilan.
f. Alkohol
Alkohol diperoleh melalui proses peragian (fermentasi) sejumlah bahan, seperti beras ketan, singkong, dan perasan anggur. Alkohol ini sudah dikenal manusia cukup lama. Salah satu penggunaan alkohol adalah untuk mensterilkan berbagai peralatan dalam bidang kedokteran.
Tanda-tanda gejala pemakaian alkohol, yaitu gembira, pengendalian diri turun, dan muka kemerahan. Jika sudah kecanduan meminum minuman keras, kemudian dihentikan
maka akan timbul gejala gemetar, muntah, kejang-kejang, sukar tidur, dan gangguan jiwa. Jika overdosis akan timbul gejala perasaan gelisah, tingkah laku menjadi kacau, kendali turun, dan banyak bicara sendiri
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetik, bukan narkotika dan berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Zat adiktif hampir semuanya termasuk ke dalam psikotropika, tetapi tidak semua psikotropika menimbulkan ketergantungan. Berikut ini termasuk ke dalam golongan psikotropika yang tidak membuat kecanduan, yaitu LSD (Lysergic Acid Diethylamide) dan amfetamin. Penyalahgunaan kedua golongan psikotropika ini sudah meluas di dunia.
a. LSD (Lysergic Acid Diethylamide)
LSD merupakan zat psikotropika yang dapat menimbulkan halusinasi (persepsi semu mengenai sesuatu benda yang sebenarnya tidak ada). Zat ini dipakai untuk membantu pengobatan bagi orang-orang yang mengalami gangguan jiwa atau sakit ingatan. Zat ini bekerja dengan cara membuat otot-otot yang semula tegang menjadi rileks. Penyalahgunaan zat ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang menderita frustasi dan ketegangan jiwa.
b. Amfetamin
Kita seringkali mendengar pemberitaan di media massa mengenai penjualan barang-barang terlarang, seperti ekstasi dan shabu. Ekstasi dan shabu adalah hasil sintesis dari zat kimia yang disebut amfetamin. Jadi, zat psikotropika, seperti ekstasi dan shabu tidak diperoleh dari tanaman melainkan hasil sintesis. Pemakaian zat-zat tersebut akan menimbulkan gejalagejala berikut: siaga, percaya diri, euphoria (perasaan gembira berlebihan), banyak bicara, tidak mudah lelah, tidak nafsu makan, berdebar-debar, tekanan darah menurun, dan napas cepat. Jika overdosis akan menimbulkan gejala-gejala: jantung berdebar-debar, panik, mengamuk, paranoid (curiga berlebihan), tekanan darah naik, pendarahan otak, suhu tubuh tinggi, kejang, kerusakan pada ujung-ujung saraf, dan dapat mengakibatkan kematian. Jika sudah kecanduan, kemudian dihentikan akan menimbulkan gejala putus obat sebagai berikut: lesu, apatis, tidur berlebihan, depresi, dan mudah tersinggung.
ANGGOTA KELOMPOK : 1. RUMAISAH
2. LAILITA SEPTYA ZAIN
3. NOVI ANITA LIA SARI